Kamis, 23 Desember 2010

BAILOUT

Pemerintah Indonesia pantas mengikuti jejak Pemerintah Amerika Serikat (AS) soal bailout mem-bailout perusahaan yang sekarat dan berdampak sistemik. Tengok saja, langkah Pemerintah Negeri Abang Sam yang menyuntikkan dana segar hingga ratusan miliar dollar AS, antara lain ke Citigroup Inc dan American International Group (AIG) Inc yang nyaris kolaps akibat krisis keuangan.
Pemerintah AS tidak sekadar bisa menyelamatkan Citigroup dan AIG dari lubang kehancuran dan mengembalikan uang rakyat berupa pajak, tapi juga mendekap keuntungan besar dari mem-bailout kedua raksasa tersebut.
Pemerintah AS mendekap dana total sebanyak US$ 57 miliar dari penjualan saham, bunga pinjaman, dan dividen Citigroup. Padahal, mereka hanya menyuntikkan dana talangan ke perusahaan keuangan yang berbasis di New York tersebut selama periode 2008–2009 lalu sebesar US$ 45 miliar saja.
Itu berarti, Pemerintah AS memperoleh keuntungan mencapai US$ 12 miliar. Dengan perincian, untung dari penjualan saham biasa US$ 6,85 miliar, bunga pinjaman dan dividen US$ 2,9 miliar, dan penjualan saham preferen US$ 2,2 miliar. Keuntungan itu makin berlipat karena Pemerintah AS masih memegang waran yang diterbitkan oleh Citigroup (KONTAN, 12 Desember 2010).
Dari AIG, Pemerintah AS juga bersiap mendulang untung besar. Rencana Departemen Keuangan AS mengubah saham preferen di AIG senilai US$ 49 miliar, menjadi 1,66 miliar saham biasa pada 15 Maret 2011, menjadikan kepemilikan saham biasa Pemerintah AS melonjak jadi 92,1%. Saat ini, saham AIG di Bursa New York di kisaran US$ 42 per saham. Pemerintah AS bakal balik modal sekalipun melepas sahamnya di US$ 29 per saham (KONTAN, 10 Desember 2010).
"Kami memiliki kesempatan untuk mengunci keuntungan yang substansial bagi pembayar pajak," kata Tim Massad, Pejabat Sementara Deputi Menteri Keuangan AS Bidang Stabilitas Keuangan.
Ya, pembayar pajak. Baik pejabat maupun media di AS selalu menyebut dana bailout itu milik pembayar pajak, agar pemerintah dan perusahaan yang mendapat dana talangan tersebut serius menggembalikan uang milik rakyat AS.
Semestinya, semangat yang sama ada pada diri pejabat kita. Semangat untuk mengembalikan penuh uang rakyat yang tertanam di Bank Century sebanyak Rp 6,7 triliun. Syukur-syukur bisa berlebih untuk biaya pembangunan infrastruktur.


(S.S. Kurniawan, Tajuk Harian KONTAN, 23 Desember 2010)

Tidak ada komentar: