Minggu, 05 Desember 2010

BAYANG-BAYANG SRIMULYANI

Penunjukan Agus Martowardojo sebagai Menteri Keuangan sebetulnya cukup mengejutkan. Meski namanya disebut-sebut masuk bursa calon pengganti Sri Mulyani Indrawati, bekas Direktur Utama Bank Mandiri ini sejatinya tidak banyak dijagokan banyak pihak, termasuk oleh para partai politik (parpol) pendukung koalisi pemerintahan.
Maklum, Agus Marto, begitu Agus Wartowardojo biasa disapa, pernah ditolak mentah-mentah oleh wakil rakyat yang bermarkas di Senayan sebagai calon Gubernur Bank Indonesia (BI). Itu sebabnya, parpol pendukung koalisi pemerintahan lebih menjagokan Pejabat Sementara Gubernur BI Darmin Nasution dan Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Anggito Abimanyu.
Selain keduanya tidak diragukan lagi dalam urusan makroekonomi, Darmin dan Anggito relatif tidak bermasalah dengan DPR. Sosok pengganti Sri Mulyani memang tidak hanya mesti jago mengurusi makroekonomi dan tetek bengeknya saja. Tapi juga, harus orang yang sanggup membangun hubungan yang harmonis dengan DPR sebagai pemegang hak bujet. Intinya, Menteri Keuangan yang baru mesti bisa diterima semua fraksi.
Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP), misalnya, yang blakblakan mensyaratkan Menteri Keuangan yang baru harus mampu membangun hubungan yang harmonis dengan DPR. Sebab, kriteria ini tidak ada dalam diri seorang Sri Mulyani. Makanya, parpol pendukung koalisi ini bilang, mundurnya Sri Mulyani semacam exit gate atau resolusi konflik atas dishasmonisasi hubungan DPR dengan otoritas fiskal.
Toh, pilihan akhirnya jatuh pada Agus Marto. Meski pria kelahiran Amsterdam, 24 Januari 1956, ini lebih banyak berkutat pada urusan mikro dan, ya itu tadi, pernah ditolak DPR, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tetap mantap memilih Agus Marto menjadi Menteri Keuangan. Alasan Presiden SBY, mantan Direktur Utama Bank Permata ini memiliki kapasitas dan integritas yang baik.
DPR pun ternyata tidak lagi mempermasalahkan bahkan memaklumi sosok Agus Marto yang pernah mereka tolak menjadi calon orang nomor satu di Kebon Sirih, kantor BI. Mereka kini memerima dengan tangan terbuka. Sebab, dewan menilai sosok Agus Marto bisa membuat hubungan DPR dengan pemerintah yang sempat memanas gara-gara kasus Bank Century dapat agak lebih dingin.
Tapi, mengutip pernyataan pengamat politik CSIS J. Kristiadi, publik telanjur mengenang Sri Mulyani sebagai pejabat yang memiliki integritas, berprinsip, dan sulit diajak berkompromi. Karakter tersebut mau tak mau harus ditiru Menteri Keuangan yang baru.
Ekstremnya, Agus Marto harus menjadi bayang-bayang pendahulunya, Sri Mulyani. Apa pun yang dikerjakan Agus Marto, publik bakal selalu membandingkannya dengan Sri Mulyani. Apalagi, sebagian masyarakat sudah telanjur mengecap mantan direktur eksekutif IMF itu sebagai Menteri Keuangan yang ideal. Dunia pun mengakui kemampuan dan kapasitas Sri Mulyani.
Oleh sebab itu, Agus Marto harus bisa menjawab tuntutan publik, yakni meneruskan reformasi birokrasi yang sudah dilakukan Sri Mulyani di tubuh Kementerian Keuangan, terutama Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak dan Ditjen Bea Cukai. Ini jelas bukan tugas yang gampang. Seorang Sri Mulyani pun mengakui itu merupakan pekerjaan yang berat. Apalagi, belum-belum ada pihak yang menyangsikan reformasi birokrasi akan terus berjalan sepeninggal Sri Mulyani.

(S.S. Kurniawan, Tajuk Mingguan KONTAN, Minggu ke-4 Mei 2010)

Tidak ada komentar: