Minggu, 05 Desember 2010

EARTH HOUR

Earth Hour 2010. Ubah dunia dalam satu jam, matikan lampu pada Sabtu, 27 Maret 2010, pukul 20.30 sampai 21.30 waktu setempat. Tahun ini, WWF kembali mengajak individu, praktisi bisnis, pemerintah, dan sektor publik lainnya di seluruh dunia termasuk Indonesia untuk turut serta mematikan lampu, hanya satu jam saja.
Kampanye yang sudah berlangsung sejak 2007 lalu itu bertujuan membangun keterlibatan masyarakat luas. Yakni, melakukan aksi kecil yang dapat membawa suatu perubahan besar: mengurangi gas rumah kaca. Soalnya, perubahan iklim merupakan salah satu ancaman kehidupan di muka bumi yang paling nyata dan signifikan.
Nah, salah satu cara untuk mengurangi percepatan pemanasan global adalah dengan mengurangi pemakaian listrik. Sebab, listrik yang dipakai manusia kebanyakan berasal dari pembangkit setrum berbahan bakar fosil, seperti minyak bumi dan batubara.
Parahnya, pembangkit-pembangkit listrik tersebut mengeluarkan CO2 atau gas rumah kaca, yang telah mengakibatkan kenaikan dramatis temperatur rata-rata planet kita. Sehingga ini menyebabkan antara lain air permukaan laut naik dan musim kemarau panjang.
Matikan lampu selama satu jam merupakan aksi kecil yang membawa perubahan besar. WWF menghitung, kalau 10% warga Jakarta berpartisipasi dalam Earth Hour, kita bisa menghemat konsumsi listrik sebesar 300 megawatt (MW). Itu berarti, setara dengan mematikan satu pembangkit listrik dan menghemat 267,3 ton CO2.
Gubernur DKI Jakarta, yang juga Duta Earth Hour Indonesia, sudah berkomitmen memadamkan lampu di lima ikon kota, yaitu Bundaran HI, Monas, Gedung Balai Kota, Patung Pemuda dan Air Mancur Patung Arjuna Wiwaha. Sedang Walikota Yogyakarta bersedia mematikan lampu di Tugu, yang merupakan ikon kota gudeg itu.
Ya, pemerintah, baik pusat maupun daerah, memang harus memberi contoh dan tak sebatas mengimbau saja. Sebab, aksi Earth Hour tidak hanya salah satu cara untuk mengurangi percepatan pemanasan global saja, tapi juga upaya menghemat pemakaian listrik.
Sebetulnya tidak susah-susah amat melakoni aksi Earth Hour. Lantaran, kita sudah terbiasa dengan listrik yang byarpet akibat negara kita yang sedang krisis listrik. Namun, sekalipun nanti kondisi setrum di tanah air sudah membaik, toh tak ada ruginya meneruskan gerakan Earth Hour.


(S.S. Kurniawan, Tajuk Harian KONTAN, 22 Maret 2010)

Tidak ada komentar: