Rabu, 22 April 2009

BERSIH GUNUNG


Banyak cara untuk memperingati Hari Bumi yang jatuh hari ini. Contoh paling gampang: tidak membuang sampah sembarang di mana pun Anda berada termasuk saat mendaki gunung.
Mungkin hanya pengelola Taman Nasional Gede Pangrango yang menerapkan aturan ketat soal sampah. Pendaki wajib membawa turun sampah yang mereka hasilkan. Bungkus mie atau kaleng sarden, misalnya.
Pengelola taman nasional atau gunung lainnya kebanyakan hanya mengeluarkan imbauan saja. Semuanya dikembalikan kepada kesadaran para pendaki akan kebersihan lingkungan di sekitar gunung.
Tapi, sepanjang saya mendaki sejumlah gunung di Pulau Jawa dan Bali tak banyak pendaki yang membawa turun sampah-sampah yang mereka. Termasuk di Gunung Gede Pangrango. Kalaupun ada paling ala kadarnya saja.
Hasilnya, sampah plastik berserakan di sana-sini, mulai dari bungkus permen, makanan ringan sampai mie. Terutama di kawasan-kawasan yang menjadi tempat bermalam para pendaki.
Hanya, sewaktu mendaki Gunung Agung yang terletak di Pulau Bali saya dan sejumlah teman, yang tergabung dalam Mahapati Adventure Team, tidak menjumpai banyak sampah plastik berceceran. Yang banyak justru sampah bekas sajen.
Itu sebabnya, kami berinisiatif memungut sampah-sampah plastik yang kami jumpai selama perjalanan turun. Istilahnya, Operasi Bersih Gunung. Hasilnya, kami mengumpulkan sampah-sampah itu ke dalam enam kantong plastik besar.

Yang jelas, kami bangga bisa membantu membersihkan Gunung Agung terutama jalur pendakian Pura Besakih.

Selamat Hari Bumi

malam di kebayoran lama

Selasa, 07 April 2009

FOKKER 27

Kabut duka kembali menyelimuti dunia penerbangan Indonesia. Senin (6/4) lalu, pesawat Fokker 27 milik Skuadron II TNI AU jatuh dan meledak di Bandara Hussein Sastranegara, Bandung. Seluruh awak dan penumpang yang berjumlah 24 orang tewas.
Saya juga pernah punya pengalaman menumpang Fokker 27 kepunyaan maskapai Merpati sewaktu bertolak dari Mataram menuju Denpasar pada 2003 lalu. Waktu itu habis meliput peresmian Bandara Sekokang dan mengunjungi tambang emas Newmont di Pulau Sumba, sekitar empat jam perjalanan darat dari Mataram.
Ini kali pertama saya naik pesawat propeller atawa baling-baling. Awalnya, agak khawatir juga. Tapi begitu mengudara merasakan sensasi tersendiri. Soalnya, Fokker 27 terbang tidak terlalu tinggi. Sehingga pemandangan di bawah terlihat jelas, termasuk sewaktu melintas di atas Selat Lombok.
Tapi, saya juga punya pengalaman menumpang pesawat militer. Tahun lalu sehabis bertugas mengikuti kunjungan kerja Wakil Presiden Jusuf Kalla ke Sulawesi, saya kembali ke Jakarta dari Makassar naik pesawat Boeing 737-200 milik TNI Angkatan Udara. Pesawat angkut ini didesain khusus membawa rombongan VIP.
Meski tergolong pesawat tua dan Departemen Perhubungan sudah melarang dipakai untuk penerbangan komersial, interior dalam Boeing 737-200 milik Skuadron II Lanud Halim Perdana Kusuma tersebut cukup mewah. Kursi penumpang berbalut kulit dan jarak dengan tempat duduk di depannya tidak sempit.
Hebatnya lagi, pesawat TNI AU itu juga ada pramugarinya plus layanan makan layaknya maskapai penerbangan komersial. Dan, saya mengacungkan jempol kepada pilot yang mendaratkan pesawat dengan mulus nyaris tanpa hentakan di landasan Bandara Halim Perdanakusuma malam itu.

siang di kebayoran lama