Kamis, 09 Desember 2010

NYARING

Tampaknya, pemerintah mau bermain aman dengan tidak memilih kebijakan yang melawan arus. Walhasil, pemerintah membatalkan pelaksanaan pembatasan konsumsi premium dan mengerek harga elpiji dalam kemasan tabung 3 kg tahun ini.
Padahal semua orang tahu, termasuk pemerintah, bahwa subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan elpiji selama ini salah sasaran. Tapi, pemerintah kelihatannya tidak mau terus-terusan kena hujat lantaran memaksakan kebijakan pengurangan subsidi yang tidak populer itu.
Suara nyaring pemerintah beberapa waktu lalu: anggaran negara bakal jebol kalau konsumsi premium tidak dibatasi, sudah tidak terdengar lagi. Begitu juga dengan suara lantang: ledakan tabung gas bakal terus menghantui jika harga elpiji 3 kg tidak dinaikkan. Maklum, harga elpiji 3 kg yang jomplang jauh dengan elpiji 12 kg telah menyulut praktik pengoplosan isi tabung elpiji 3 kg ke tabung elpiji 12 kg, yang menjadi salah satu penyebab ledakan gas.
Bak pahlawan yang baru memenangkan pertempuran, dengan bangga pemerintah menyampaikan keputusan pembatalan pembatasan konsumsi premium dan kenaikan harga elpiji 3 kg. Soalnya, program sosialisasi yang mengajak pemilik mobil mewah untuk tidak lagi menggunakan premium, ternyata berhasil menekan konsumsi BBM bersubsidi tersebut. Sosialisasi cara penggunaan elpiji yang aman dan benar, juga sukses mengurangi kasus ledakan tabung gas.
Tapi, suara nyaring: anggaran negara bakal jebol kalau konsumsi premium tidak dibatasi tahun depan, kembali terdengar. Begitu juga dengan suara lantang: kocek pemerintah akan makin bobol bolak-balik jika tarif dasar listrik (TDL) tidak naik mulai awal 2011.
Tahun depan, pemerintah mematok kuota konsumsi BBM bersubsidi termasuk premium sebanyak 36,77 juta kiloliter (kl). Pada 2011, pemerintah berencana menaikkan tarif setrum rata-rata sebesar 15%. Kalau tidak, pemerintah harus nombok sebanyak Rp 12,7 triliun.
Sejatinya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral dengan Komisi Energi (VII) DPR sudah sepakat, menambah kuota BBM bersubsidi sebesar 1,82 juta kiloliter dan tidak menaikkan TDL tahun depan. Tapi, pemerintah dengan tegas meminta keputusan itu dianulir.
Apakah suara nyaring itu akan kembali melempem? Lalu, pemerintah akan tampil bak pahlawan lagi dengan mengatakan, batal ini, batal itu. Kita tunggu saja bersama-sama episode berikutnya.

(S.S. Kurniawan, Tajuk Harian KONTAN, 6 Oktober 2010)

Tidak ada komentar: