Selasa, 28 Oktober 2008

SINYAL BAGUS

Kalau lihat iklan di tivi sekarang, lagi gencar pariwara sinyal bagusss XL. Sampai-sampai posisi lagi di gunung sekali pun sinyal tetap ada. Jadi, silahturahmi nyambung terusss, tidak putusss.
Tapi, jauh sebelum XL promo sinyal bagusnya tahun ini. Saya sudah bisa melakukan panggilan melalui hape ketika mendaki Gunung Lawu di 2002 dan Gede di 2003. Memang, operatornya bukan XL tapi dari tetangga sebelah sekaligus pesaing utama.
Cuma, tidak semua tempat bisa menangkap sinyal, lo. Hanya kawasan di punggung bukit—begitu biasanya kami menyebutnya--saja yang bisa. Itu pun dengan catatan pemandangan di hadapannya adalah sebuah kota.
Sinyal, paling tidak buat saya, menjadi penting saat mendaki gunung. Utamanya sinyal radio. Maklum, radio menjadi satu-satunya hiburan dan menjadi teman tidur saat bermalam di gunung. Yang tidak kalah penting, membantu mengusir rasa takut, apalagi kalau teman sependakian sudah pada tidur semua.
Cuma, pernah kejadian saat bermalam di rumah pondokan di Ranu (Telaga) Kumbolo ketika mendaki Gunung Semeru sudah tidak ada radio yang siaran. Sebab, sudah jam satu malam. Tapi sialnya, belum juga bisa tidur. Kayaknya, gara-gara menegak obat flu dan penghilang pegal-pegal sekaligus sebelum mau tidur.
Sebetulnya, yang tidur di pondokan ada 11 orang termasuk saya. Hanya, tetap aja rasa takut datang menyergap. La, udah pada ngorok semua. Yang bikin tambah serem, sorenya seorang teman bercerita soal keangkeran Ranu Kumbolo.
Kadang soal sinyal radio ini juga bikin takjub. Contoh, saat bermalam di Puncak Hargo Dumilah, yang menjadi tanah tertinggi di Gunung Lawu (3.265 m), radio kecil saya menangkap siaran stasiun Radio Geronimo yang berlokasi di Jogja.
Tapi, pernah juga bikin bulu kuduk merinding. Waktu bermalam di Gunung Agung kami sayup-sayup mendengar suara musik. Padahal, kata bapak polisi di Pos Besakih, kami satu-satunya rombongan yang mendaki gunung tertinggi di Pulau Bali itu.
Ternyata, siangnya baru kami tahu ada rombongan lain yang lebih dulu mendaki Gunung Agung. Kami bertemu mereka di tengah perjalanan menuju puncak. Dan, suara musik tersebut berasal dari radio mereka yang tetap menyala ketika mereka turun gunung.

malam di kunciran

Jumat, 17 Oktober 2008

TANTE dan MAHAPATI








Pekan lalu, seorang teman yang dulu sama-sama bekerja sebagai reporter di Tempo News Room (TNR) mengirim surat elektronik lewat milis TNR-16. Isinya, foto-foto nostalgia awak kantor berita milik Kelompok Tempo Media. Beberapa di antaranya foto-foto kegitatan sebagian reporter TNR saat mendaki Gunung Gede pada Mei 2002 lalu.
Dari situlah kemudian lahir TANTE. Singkatan dari Tempo Adventure Team. Sengaja memilih kata tante lantaran genit dan lucu, meski sempat mendapat penolakan dari beberapa rekan. Sejak itu, aktivitas alam lain, seperti arum jeram, hiking dan berkemah, giat kami gelar. Contoh, arum jeram di Sungai Citarik, hiking ke Kawah Ratu, berkemah di kaki Gunung Salak dan Gunung Gede. Lalu, berpetualang ke Badui dan Pulau Onrust.
Lantaran banyak anggota yang keluar dari TNR, sudah dua tahun belakangan kegiatan TANTE ke alam bebas terhenti.
Agak ke belakang, sewaktu kuliah di Jogja, saya dan beberapa teman kost membentuk kelompok pecinta alam MAHAPATI. Kalau yang ini singkatan dari Mahasiswa Patah Hati. Ceritanya, ketika itu saya dan seorang teman kost yang memang punya hobi naik gunung baru saja putus cinta. Supaya tidak sedih berlarut-larut, kami memutuskan mendaki Gunung Merbabu. Kalau nggak salah, sih, di bulan April 2000.
Di sana lah ide Mahapati lahir. Kami pun memakai gambar kepala seorang mahapati kerjaaan yang terinspirasi dari kartun Panji Koming bikinan Dwi Koen yang terbit saban Ahad di Kompas sebagai logo. Kemudian, membikin kaos yang kami pakai perdana ketika mendaki Gunung Agung.
Nasib MAHAPATI sama saja dengan TANTE. Begitu anggotanya lulus kuliah dan semuanya bekerja di luar Jogja, kegiatan MAHAPATI terhenti. Apalagi, anak-anak kost yang baru tidak ada yang punya hobi naik gunung.
Berharap suatu saat saya bisa lagi bernostalgia dengan TANTE dan MAHAPATI menjelajah alam bebas. Tidak sekadar nostalgia dengan melihat foto-foto jadul. Semoga!

malam di kunciran