Senin, 09 Januari 2012

SIARAN DIGITAL

Tahun ini, dunia pertelevisian Indonesia memasuki babak baru. Mulai 2012, pemerintah kita menerapkan teknologi penyiaran televisi digital terestrial free to air alias tidak berbayar secara bertahap. Itu berarti, saat menonton siaran televisi tidak berbayar, mata kita bakal betul-betul dimanjakan dengan gambar dan suara yang semakin tajam, “hidup”, dan bersih. Tak ada lagi gambar “semut” atau bergoyang di layar kaca.
Siaran televisi digital mulai tahun ini secara simulcast dulu. Maksudnya, penyelenggaraan pemancaran siaran televisi analog dan digital di saat bersamaan. Jadi, masyarakat masih bisa menikmati siaran televisi analog seperti saat ini.
Ada sembilan provinsi yang harus memulai siaran simulcast tahun ini, seperti Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Kalimantan Timur. Ke-9 wilayah tersebut masuk periode analog switch off (ASO) atau penghentian siaran televisi analog pada 2015 nanti. Dan, pelaksanaan ASO di seluruh Indonesia paling lambat pada 2017 mendatang.
Nah, bagi yang sudah memiliki televisi yang telah terintegrasi dengan alat bantu penerima siaran digital, Anda sudah bisa menikmati siaran televisi digital tidak berbayar. Di Jakarta, stasiun televisi yang sudah memulai siaran digital adalah TVRI, RCTI, dan MNC TV.
Tapi, yang belum punya televisi yang telah terintegrasi dengan alat bantu penerima siaran digital, untuk menikmati siaran televisi digital tidak berbayar mesti membeli set top box yang harganya mencapai ratusan ribu rupiah. Tentu, ini memberatkan bagi masyarakat bawah. Jadi, pemerintah harus membagi-bagikan alat ini secara gratis seperti saat memberikan kompor dan tabung gas ukuran tiga kilogram, tapi khusus masyarakat bawah saja.
Selain siaran digital, paling lambat 2014 nanti, semua stasiun televisi nasional harus menyelenggarakan siaran melalui sistem jaringan. Sehingga, ke depan, mereka tidak bisa lagi siaran secara nasional. Jadi, kelak, lingkup lembaga penyiaran swasta merupakan stasiun penyiaran lokal. Lalu, dalam menjangkau wilayah yang lebih luas, lembaga penyiaran swasta dapat membentuk sistem stasiun jaringan.
Lagi-lagi, pemirsa televisi terutama yang ada di daerah bakal diuntungkan. Soalnya, secara bertahap, program siaran yang direlai stasiun anggota dari stasiun induk menjadi paling banyak 50% dari seluruh waktu siaran per hari. Sisanya harus berisi konten-konten lokal yang informatif dan membangun.

(S.S. Kurniawan, Tajuk Harian KONTAN, 6 Januari 2011)

SUBSIDI BBM

Tampaknya, pemerintah tak mau tekor lagi. Sebab itu, mereka memastikan, mulai 1 April 2012 mendatang, mobil pelat hitam alias pribadi tidak boleh lagi menenggak bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Nah, untuk memuluskan kebijakan ini, pemerintah sedang merevisi Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 55 Tahun 2005 dan Perpres Nomor 9 Tahun 2006.Dua-duanya mengatur tentang harga jual eceran BBM dalam negeri.
Ya, akibat kuota BBM bersubsidi jebol, ditambah harga minyak mentah Indonesia (ICP) yang jauh melampaui target, tahun ini, pemerintah harus nombok bujet subsidi BBM sebanyak Rp 30,3 triliun. Total pemerintah mesti membayar anggaran subsidi BBM sebesar Rp 168 triliun. Sedangkan jatah subsidi di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2011 cuma Rp 129,7 triliun saja.
Kuota BBM bersubsidi tahun ini bakal melompat menjadi sekitar 41,9 juta kiloliter (kl) atau 1,5 juta kl lebih banyak ketimbang kuota yang dipatok dalam APBNP 2011 yang hanya 40,4 juta kl doang.
Melihat fakta ini, terang saja, pemerintah bakal nombok anggaran subsidi BBM tahun depan. Soalnya, di APBN 2012, pemerintah cuma mematok kuota premium dan kawan-kawannya hanya 40 juta kl. Tentu saja, angka tersebut tidak akan cukup memenuhi kebutuhan BBM bersubsidi. Tahun ini saja, kebutuhan BBM bersubsidi mencapai 41,9 juta kl. Tahun depan, angkanya pasti lebih tinggi lagi karena penjualan kendaraan bermotor kemungkinan bakal tumbuh 10%.
Karena itu, adalah langkah yang sangat tepat kalau kemudian pemerintah melarang mobil pribadi minum premium dan solar mulai 1 April 2012 mendatang -- kebijakan yang semestinya sudah pemerintah terapkan tahun ini juga. Rencananya, pemerintah akan melakukannya secara bertahap, mulai dari wilayah Jabodetabek dulu.
Dalam Undang-Undang APBN 2012, pemerintah menargetkan, dari pembatasan BBM bersubsidi tahun depan, bisa menghemat pemakaian premium sebesar 2,5 juta kl. Dana penghematannya akan dipakai untuk belanja infrastruktur, pendidikan, dan cadangan risiko fiskal.
Yang tidak kalah penting, pemerintah juga harus membangun transportasi umum yang murah, nyaman, dan aman. Contoh, memperbanyak armada busway. Sehingga, orang tidak perlu lagi menunggu lama di halte dan berdesak-desakan di dalam bus. Jadi, pemilik mobil pribadi tak punya alasan lagi untuk tidak beralih ke angkutan umum.

(S.S. Kurniawan, Tajuk Harian KONTAN, 22 Desember 2011)

MORATORIUM TKI

SETELAH melalui proses yang panjang dan sangat alot, lebih dari dua tahun, pemerintah akhirnya mencabut penghentian sementara alias moratorium pengiriman tenaga kerja Indonesia (TKI) informal ke Malaysia pada 1 Desember 2011. Sejak Juni 2009 lalu, pemerintah menutup keran pasokan penata laksana rumahtangga.
Keputusan mencabut moratorium itu lahir setelah Indonesia dan Malaysia menyepakati 11 poin baru dalam Nota Kesepahaman (MoU) tentang Penempatan dan Perlindungan TKI Sektor Domestik. Misalnya, upah minimal TKI sebesar ?RM 700 atau sekitar Rp 1,92 juta. Artinya, naik dua kali lipat. Lalu, aturan libur satu hari dalam sepekan dan paspor dipegang TKI.
Tentu saja, pencabutan moratorium itu merupakan angin segar bagi masyarakat kita yang berpendidikan pas-pasan tapi ingin gaji lumayan besar. Apalagi, kesejahteraan para TKI di Malaysia bakal meningkat lantaran upah minimum sebagai penata laksana rumahtangga, seperti pembantu dan baby sitter, naik dua kali lipat. Tak hanya itu, jaminan perlindungan terhadap para pahlawan devisa juga lebih baik.
Selama ini, Malaysia memang merupakan salah satu tambang emas bagi TKI. Saban tahun, setidaknya negara kita mengirim 70.000 TKI informal ke sana. Di Malaysia sendiri saat ini ada sekitar 1,4 juta TKI belum termasuk yang ilegal.
Dengan lahirnya 11 poin baru dalam MoU Penempatan dan Perlindungan TKI tersebut, moratorium pengiriman boleh dibilang menjadi senjata pamungkas yang ampuh untuk menekan negara-negara yang menjadi tujuan TKI. Sehingga, mereka mau memberikan perlindungan yang lebih serius kepada para TKI kita. Selain tentunya memberikan upah kerja yang layak.
Tapi pertanyaannya, apakah MoU yang baru itu betul-betul menjamin kasus Siti Hajar, TKI asal Garut, Jawa Barat, tidak terulang lagi. Catatan saja, kasus Siti Hajar yang mendapat siksaan keji dari majikannya di Kuala Lumpur menjadi alasan utama pemerintah menyetop pengiriman TKI ke Malaysia.
Ini tentu menjadi pekerjaan rumah yang berat bagi pemerintah Indonesia dan Malaysia untuk memastikan semua isi MoU berjalan dengan baik. Karena itu, langkah yang tepat, pemerintah melakukan proses yang lebih ketat dalam perekrutan calon TKI, termasuk dalam proses pencarian majikan. Calon TKI pun juga harus menjalani 200 jam pelatihan kompetensi.
Ya, semoga saja kasus Siti Hajar tidak terulang lagi. Amin.

(S.S. Kurniawan, Tajuk Harian KONTAN, 3 Desember 2011)

FREEPORT

Aksi mogok kerja karyawan PT Freeport Indonesia yang hampir berlangsung selama dua bulan penuh tidak hanya bikin pusing manajemen perusahaan tambang asal Amerika Serikat itu saja. Tetapi juga membuat cemas perusahaan tambang asing lainnya yang beroperasi di Indonesia.
Sebab, bukan tidak mungkin, aksi ribuan karyawan Freeport yang menuntut kenaikan gaji itu menular ke pekerja perusahaan tambang lain. Apalagi, kalau sampai manajemen perusahaan yang menambang emas dan tembaga di Papua tersebut menyerah dan memenuhi tuntutan karyawannya.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Indonesia (API) Syahrir A.B. mengungkapkan, serikat pekerja perusahaan tambang lain, seperti Newmont, Inco, dan Nusa Halmahera Mineral, sudah pasang kuda-kuda. Jika manajemen Freeport sampai mengabulkan tuntutan karyawan mereka, pekerja perusahaan tambang lain akan melakukan hal yang sama: mogok kerja dan meminta kenaikan upah.
Tak heran, santer beredar kabar, perusahaan tambang lainnya mendesak Freeport untuk tidak memenuhi tuntutan karyawannya. Sikap Freeport sendiri sejauh ini sudah melunak dua kali. Dalam perundingan dengan pekerja mereka mau mengerek tawaran kenaikan gaji dari 20% dari upah pekerja terendah yang saat ini US$ 2,1 per jam menjadi 25%, kemudian 30%. Tapi, tentu saja, jumlah itu masih jauh dari tuntutan pekerja Freeport.
Sebetulnya, tuntutan karyawan Freeport tidak muluk-muluk amat. Mereka hanya meminta kenaikan gaji sebesar US$ 7,5 per jam untuk pekerja di level paling bawah. Angka ini masih jauh di bawah upah pekerja level terendah Freeport di Cile, yang sama-sama negara berkembang, yang sebesar US$ 11,5 per jam. Bahkan, bulan ini, gaji pekerja terendah Freeport di Cile akan naik menjadi US$ 12,1 per jam.
Agar polemik ini tak berkepanjangan, pemerintah memang harus turun tangan menengahi kisruh di tubuh Freeport. Namun, pemerintah harus betul-betul berlaku adil. Jangan mentang-mentang Freeport akan menambah investasi di negara kita, begitu komitmen Richard Adkerson, CEO Freeport McMoran, saat bertemu Presiden SBY di sela-sela KTT APEC di Hawaii kemarin, pemerintah berat sebelah.
Dalam perundingan yang sudah berkali-kali deadlock, pemerintah mesti segera mengiring pekerja dan manajemen Freeport untuk menghasilkan sebuah keputusan yang win-win solution.

(S.S. Kurniawan, Tajuk Harian KONTAN, 15 November 2011)

KECANTIKAN PANTAI PEGUNUNGAN SEWU

Barisan pantai di kawasan Pegunungan Sewu bak surga tersembunyi. Lihat saja keindahan pantai berpasir putih yang membentang dari Gunungkidul hingga Pacitan ini tak kalah cantik, bahkan lebih cakep dari pantai yang ada di Bali sekalipun.

Pasir putih, air laut yang bening tapi berkarang di dasarnya. Itulah ciri utama kebanyakan pantai di sepanjang Pegunungan Sewu yang membentang dari Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, hingga Pacitan di Jawa Timur.
Tapi, bak mutiara yang masih tersembunyi di balik cangkang kerang, keindahan pantai-pantai di kawasan karst dengan 40.000 lebih bukit gamping tersebut kurang kesohor ketimbang Parangtritis di Yogyakarta ataupun Pangandaran di Jawa Barat, yang sama-sama berada di pesisir selatan Jawa.
Padahal, keindahan pantai-pantai di Selatan Pegunungan Sewu tak kalah cantik, bahkan lebih cakep dari pantai-pantai di Pulau Bali sekalipun. Tengok saja Pantai Siung di Gunungkidul. Pantai berpasir putih ini merupakan cekungan laut dengan dua bukit yang mengapitnya di kanan dan kiri.
Pantai Siung persisnya terletak di Desa Purwodadi, Kecamatan Tepus yang berjarak sekitar 35 kilometer (km) arah tenggara Wonosari, ibukota Gunungkidul. Dari Yogyakarta, arahkan kendaraan Anda ke Jalan Wonosari. Ikuti jalan tersebut hingga masuk ke pusat Kota Wonosari dan ketemu Jalan Lingkar Selatan.
Setelah itu, Anda mesti menyusuri Jalan Girisubo hingga Purwodadi. Penunjuk arah di sebelah kanan jalan akan mengantarkan Anda ke Pantai Siung. Akses jalan ke Siung mulus seperti kondisi kebanyakan jalan di wilayah Gunungkidul.
Harga tiket masuk ke pantai yang diambil dari kata asiang biung – berarti orangtua dan anak – ini murah saja, hanya Rp 3.000 per orang. “Konon, yang memberi nama pantai ini adalah Demang Kemadang, pengikut Raja Brawijaya V, yang senang menemukan anak perempuannya ternyata masih hidup dan dipelihara oleh seorang ibu di daerah ini,” ungkap Saido, Wakil Ketua Pemukin, organisasi perkumpulan dusun di Purwodadi yang membantu mengelola Pantai Siung.
Di sepanjang garis pantai, Anda bisa menyaksikan pasir pantai yang putih. Tentu saja, bermain pasir pun akan menyenangkan. Kalau tidak, memanjakan kaki dengan berjalan-jalan di atas pasir sembari menikmati pemandangan pantai tak kalah mengasyikkan.

Main jetski

Tapi, air laut nan bening Pantai Siung tidak kalah menggoda. Pelesiran ke pantai memang tak lengkap kalau tidak menceburkan diri ke laut. Tapi ingat, dasar pantai ini adalah batu karang, jadi Anda mesti berhati-hati ketika bermain air.
Anda juga bisa menikmati keindahan pantai dari sudut yang berbeda. Yakni, dari atas bukit di sisi kiri pantai. Dari puncak bukit ini, saat senja, Anda bisa melihat sang surya kembali ke peraduan dan melukis horizon berkilau jingga di ufuk barat.
Adapun bukit di sebelah kanan Pantai Siung merupakan surga bagi pemanjat tebing alias climber lantaran memiliki kurang lebih 250 jalur pemanjatan, cocok buat pemula hingga yang sudah jago. Di sini pernah digelar kejuaraan panjat tebing tingkat Asia yang diikuti 80 peserta dari 15 negara.
Puas menikmati keindahan dan keeksotisan Pantai Siung yang memukau, Anda bisa lanjut menyaksikan pantai-pantai lainnya nan menawan bak surga yang tersembunyi di daerah Gunungkidul. Ada satu barisan pantai di sebelah Barat Pantai Siung yang tak kalah indah: Pantai Indrayanti, Sundak, Kukup, Krakal, dan Baron.
Untuk masuk ke kawasan pantai tersebut, harga tiketnya cuma Rp 5.000 per orang pas. Jaraknya hanya sekitar 10 menit berkendara dari Siung untuk sampai ke pantai terdekat, yaitu Indrayanti yang letaknya bersebelahan dengan Sundak.
Di Pantai Indrayanti yang kontroversial, karena seorang pengusaha asal Jogja mengklaim sebagai pemiliknya setelah membeli tanah di sekitar pantai dari penduduk setempat, Anda bisa bermain jetski dengan cara menyewa Rp 150.000 per 15 menit. Permainan yang memacu adrenalin ini merupakan yang pertama dan satu-satunya di daerah istimewa ini.
Pantai yang baru buka tiga tahun lalu ini memang menjadi primadona baru tujuan wisata di Yogyakarta. Pantai Indrayanti – yang namanya diambil dari nama anak pemilik pantai – memang menyuguhkan pemandangan yang luar biasa. Air lautnya bening kebiru-biruan dengan hamparan pasir putih.
Anda bisa menghabiskan malam di pantai ini dan menginap di Indrayanti Resort dengan tarif mulai Rp 350.000 hingga Rp 650.000 per malam. Anda juga bisa makan malam romantis di pinggir Pantai Indrayanti.
Pilihan menginap di hotel di daerah sekitar pantai Gunungkidul cukup banyak. Namun, semua tempat penginapan di wilayah ini kelas melati dengan tarif mulai Rp 50.000 hingga Rp 200.000 per malam.

Seruling samudra

Tentu, perjalanan Anda menikmati keindahan Pantai Selatan di Pegunungan Sewu tak berhenti sampai Gunungkidul saja. Tujuan berikutnya adalah pantai-pantai di Pacitan yang sama cantiknya dan punya keunikan sangat khas, contohnya, Pantai Klayar dan Srau.
Untuk menuju Pacitan, dari tempat Anda bermalam di sekitar pantai Gunungkidul, Anda harus menyusuri jalur selatan yang melewati Pracimantoro di Wonogiri, Jawa Tengah.
Pantai Klayar bisa menjadi tujuan pertama Anda. Setelah berkendara kurang lebih satu setengah jam, Anda akan menjumpai penunjuk arah ke pantai yang berada di Desa Sendang, Kecamatan Donorojo, ini di sebelah kanan jalan. Dari sini, Anda butuh waktu setengah jam lagi untuk sampai ke Pantai Klayar dengan jalan berkelok-kelok, sempit, dan rusak.
Namun, perjalanan yang cukup melelahkan bakal terbayar begitu sampai di Pantai Klayar dengan harga tiket Rp 3.000 per orang. Keindahan pantai yang diapit dua bukit ini begitu mempesona. Bermain pasir putih yang merupakan butiran gamping dari batu induk yang dihancurkan gelombang Samudra Indonesia merupakan aktivitas yang menyenangkan. Cuma, Anda dilarang keras mandi di laut karena ombak di Pantai Klayar sangat besar.
Pantai Klayar tidak hanya menyuguhkan keelokan pantai semata, tapi juga keindahan lain berupa aneka menara batu di sisi timur pantai. Hantaman ombak Laut Selatanlah yang memahat menara batu itu.
Di pantai ini juga terdapat fenomena alam unik. Sebuah celah di bagian ujung jajaran menara batu yang menjorok ke laut memicu semburan air setinggi dua meter. Fenomena mirip geiser ini terjadi akibat efek pompa oleh gelombang.
Uniknya, semburan air itu diikuti oleh suara melengking. Makanya, masyarakat sekitar menyebut fenomena alam itu dengan sebutan seruling samudra. “Saat ombak sangat gede, suaranya sangat keras,” ungkap Mbah Wakidjan, pemandu wisata Pantai Klayar.
Hanya, Mbah Wakidjan melarang keras pengunjung mendekati seruling samudra. Sebab, ombak besar bisa sewaktu-waktu datang tanpa bisa diperkirakan dan siap menggulung siapa pun yang ada di hadapannya. Akhir April 2011 lalu, empat orang yang masih satu keluarga tewas dilahap ombak saat mencoba melihat dari dekat fenomena alam itu.
Itu sebabnya, posisi paling aman menyaksikan kejadian alam tersebut dari atas bukit di sisi timur Pantai Klayar.
Setelah Pantai Klayar, perjalanan selanjutnya ke Pantai Srau. Jaraknya sekitar 30 menit berkendara dari Pantai Klayar dengan jalan yang berkelok-kelok, naik turun, sempit, dan rusak. Tiket masuk ke pantai di Dusun Srau, Desa Candi, tersebut Rp 3.000 per orang.
Tak cuma keindahan pantai dengan pasir putih dan air laut yang bening, Pantai Srau juga menawarkan pemandangan lain berupa gugusan pulau kecil atawa sea stack yang berbentuk seperti jamur. Pulau ini menjadi tempat persinggahan burung migran dari Australia ke Asia saat pergantian musim.
Pantai Srau terdiri dari tiga bagian yang masing-masing dipisahkan oleh bukit kapur. Di pantai bagian tengah terdapat jembatan alam yang terbuat dari batu gamping buah pahatan ombak Pantai Srau.
Selamat menjelajah pantai selatan Pegunungan Sewu.

(S.S. Kurniawan, Mingguan KONTAN edisi Minggu Ketiga Oktober 2011)