Minggu, 25 November 2007

MAHAMERU 3.676


Empat hari yang lalu, persis delapan tahun saya menjejakkan kaki di tanah tertinggi di Pulau Jawa: Puncak Mahameru (3.676 meter).
Pendakian yang paling berat. Saya hampir kehilangan seorang teman di sana.
Untung saja, sebongkah batu sebesar kepala yang menggelinding deras dari leher Mahameru menjelang subuh yang menggigil itu hanya mengenai perut, bukan kepalanya.
Tapi, saya dan empat teman lainnya sempat dibuat panik lantaran dia tidak bergerak untuk sekian lama. Saya memegang cairan yang saya pikir darah karena hari masih gelap.
Tak lama kemudian, dia tersadar. Dia berujar lirih: Wan nggak apa-apa, ya, tidak sampai puncak saat sunrise.
Tampaknya, dia tidak mau mengecewakan saya, yang bertekad menginjakkan kaki di puncak sewaktu surya masih membentuk garis horizon di ufuk timur.
Kami semua bersyukur, Tuhan masih sayang dia. Kalau tidak, tambah satu nisan lagi yang jumlahnya sudah belasan di kawasan Arcapodo. Sebagai peringatan buat mereka yang meregang nyawa di Gunung Semeru.

malam di kunciran

Senin, 05 November 2007

MIMPI BURUK


Mereka semua sedang terjaga setelah pulas dalam tidur panjangnya.
Nyanyian nina bobo, bahkan dongeng sekalipun, tak sanggup lagi menidurkan mereka.
Talang, Kerinci, Anak Krakatau, Papandayan, Merapi, Kelud, Semeru, Lokon, Soputan, Gamkonara, Karangetang, Dukono dan Ibu.
Siap membagi mimpi buruk yang membuat mereka terjaga.
Alam sedang murka?


malam di kebayoran lama