Kamis, 09 Desember 2010

N2150

China terus membuktikan dirinya sebagai negara industri yang menguasai ilmu dan teknologi. Salah satu pembuktian negara berpenduduk satu miliar lebih jiwa tersebut dengan melahirkan pesawat bermesin jet.
Melalui Commercial Aircraft Corp of China alias Comac, Negeri Tembok Raksasa itu menantang dominasi Amerika Serikat dengan bendera Boeing Company-nya dan Eropa dengan Airbus SAS-nya.
Comac yang menciptakan C919 ingin meruntuhkan dominasi B737 dan A320, yang menguasai pasar pesawat dengan mesin jet berpenumpang tidak lebih dari 200 orang. Perusahaan yang mendapat dukungan penuh dari Pemerintah China ini mematok target sangat ambisius: menjual lebih dari 2.000 pesawat C919 dalam 20 tahun ke depan. Pesanan sebanyak 100 unit di antaranya sudah di tangan.
Tidak heran, Analis Capital Securities Corp Bai Bingyang mengatakan, langkah ini merupakan terobosan besar bagi China yang pada akhirnya akan menjadi pemain di pasar pesawat global. "Duopoli Boeing dan Airbus akan berada di bawah ancaman," ujarnya.
Indonesia? Masih jalan di tempat. Sekalipun punya industri pesawat terbang yang sudah berusia 36 tahun, yakni PT Dirgantara Indonesia (DI), negara kita belum bisa menciptakan pesawat bermesin jet.
Dana menjadi kendala utama perusahaan yang dulu bernama IPTN tersebut mengembangkan pesawat bermesin jet. Padahal, diam-diam, PTDI sudah merancang N2150, jauh sebelum China mengembangkan C919 dan ARJ21, pesawat dengan mesin jet pertama mereka berpenumpang 90-105 orang. Dulu targetnya, N2150 yang bisa mengangkut sekitar 150 penumpang sudah bisa mengudara tahun ini.
Lantaran tak punya duit lagi, pemerintah tidak lagi bisa mendukung habis-habisan proyek pengembangan pesawat PTDI seperti dulu. Bahkan, perusahaan pelat merah ini harus mencari mitra sendiri untuk melanjutkan proyek N250, pesawat baling-baling paling canggih di kelasnya yang sudah pernah uji terbang pada 1995. Alhasil, N2150 belum bisa ikut bertarung bersama C919 meruntuhkan dominasi burung besi B737 dan A320.
Sejatinya, N2150 dapat menjadi proyek kebanggaan Indonesia di tengah maraknya kasus-kasus yang menampar keras dan mencoreng wajah negara kita. Misalnya, Gayus Tambunan yang berstatus tahanan dengan mudahnya keluar masuk penjara dengan cukup menyuap petugas jaga jutaan rupiah.

(S.S. Kurniawan, Tajuk Harian KONTAN, 15 November 2010)

Tidak ada komentar: