Minggu, 16 Januari 2011

POWER BALANCE

Tampaknya, produsen harus lebih berhati-hati dalam mempromosikan produk-produk unggulan mereka. Jangan sampai reputasi yang mereka bangun bertahun-tahun, hancur dalam sekejap karena membohongi publik lewat iklan-iklan yang bombastis, tidak sesuai dengan kenyataan.
Gelang kesehatan Power Balance paling tidak bisa menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi para produsen. Sebab, secara mengejutkan, produsen gelang kesehatan asal Amerika Serikat yang sangat populer sampai-sampai banyak tiruannya itu, Selasa (4/1) pekan lalu, membuat pengakuan melalui situsnya untuk wilayah Australia.
Isinya: "Dalam iklan, kami menyatakan, gelang PowerBalance meningkatkan kekuatan, keseimbangan, dan fleksibilitas Anda. Kami mengakui bahwa tak ada bukti ilmiah kredibel yang mendukung klaim kami dalam iklan itu".
Lebih lanjut, sang produsen gelang karet berhologram itu bilang, mereka telah berbuat menyesatkan dan melanggar Undang-Undang tentang Praktik Perdagangan 1974. Secara terbuka, Power Balance meminta maaf tanpa syarat apapun dan menawarkan pengembalian dana penuh.
Pelajaran berikutnya datang dari India. Vaibhav Bedi menggugat Hindustan Unilever Limited, yang memasarkan Axe dengan tuduhan telah menipu. Soalnya, meski sudah memakai pelbagai produk Axe selama lebih dari tujuh tahun, ternyata tak satu pun wanita yang nyantol pada pria berusia 26 tahun itu.
Padahal, dalam iklan, Axe memperlihatkan lelaki yang menggunakan produk-produknya langsung memikat banyak wanita. Semua produk Axe sudah dicoba Bedi. "Lalu mana Axe Effect-nya? Saya sudah menunggu selama lebih dari tujuh tahun, tidak ada satupun gadis yang mau," kata Bedi.
Di televisi, kita sering melihat pariwara produk yang menjanjikan ini itu. Contoh, gigi atau kulit putih bercahaya dalam hitungan minggu. Kotoran membandel yang melekat pada baju hilang dalam sekejap. Sakit kepala langsung lenyap begitu menelan obat. Kenyataannya, banyak yang nol besar.
Publik pun ditipu mentah-mentah. Tapi, tak banyak bahkan nyaris tak ada yang menggugat seperti Bedi. Atau, ada lembaga publik yang menekan produsen, seperti Komisi Konsumen dan Kompetisi Australia menekan Power Balance sehingga membuat pengakuan produknya tidak sehebat dalam iklan.
Jadi, konsumen dan lembaga publik harus lebih kritis lagi.


(S.S. Kurniawan, Tajuk Harian KONTAN, 10 Januari 2011)

Tidak ada komentar: