Jumat, 29 April 2016

HARGA BBM

Minyak mentah dunia sedang dalam tren penurunan harga. Harga emas hitam terus mendekati level US$ 50 per barel. Contoh, kemarin, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) di New York Mercantile Exchange untuk pengiriman Agustus tercatat sebesar US$ 52,20 sebarel.
Harga minyak mentah Indonesia (ICP) pun juga turun sejak Juni lalu. Rata-rata ICP selama Juni adalah US$ 59,40 per barel, turun sebesar US$ 2,46 dibanding Mei yang mencapai US$ 61,86 atau angka bulanan tertinggi sepanjang 2015.
Seharusnya, harga bahan bakar minyak (BBM) khususnya premium dan solar ikutan turun. Sayang, pemerintah belum akan menurunkan harga premium dan solar. Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro punya alasan: nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) masih melemah. Maklum, selain harga minyak, kurs rupiah ikut menentukan harga BBM.
Kurs tengah Bank Indonesia (BI), Selasa (14/7), menunjukkan, nilai tukar rupiah kembali melemah ke posisi Rp 13.320 per dollar AS, setelah sempat menguat pada Jumat (10/7) pekan lalu di 13.304.
Tapi, bisa jadi pemerintah masih enggan menurunkan harga premium dan solar lantaran harga kedua jenis BBM tersebut saat ini jauh di bawah harga keekonomian. Soalnya, sejak mengerek harga premium dan solar pada akhir Maret lalu masing-masing menjadi Rp 7.300 per liter dan Rp 6.900 per liter, pemerintah sampai sekarang tidak pernah menaikkan harga kedua BBM itu.
Padahal, PT Pertamina sudah mengusulkan ke pemerintah agar harga premium dan solar naik pada April lalu menjadi Rp 8.200 per liter dan Rp 7.450 per liter. Tapi, pemerintah tidak menyetujui usulan tersebut. Sehingga, bukan tidak mungkin dengan harga premium dan solar saat ini, perusahaan energi pelat merah itu menjual rugi.
Catatan saja, pemerintah sudah melepas premium sesuai harga pasar. Sedang untuk solar, pemerintah hanya menyuntikkan subsidi tetap sebesar Rp 1.000 per liter. Alhasil, harga solar bersubsidi juga mengikuti mekanisme pasar.
Dengan penuh harap pemerintah dan BI bisa memperkuat otot rupiah. Sehingga, harga minyak yang sedang dalam tren penurunan tidak sia-sia. Pemerintah dapat mengambil peluang dari harga minyak yang turun saat ini untuk menggunting harga BBM. Sebab, penurunan harga BBM bisa mendongkrak daya beli masyarakat. Dan, konsumsi yang meningkat dapat mendorong laju pertumbuhan ekonomi. 

(Tajuk Harian KONTAN, 15 Juli 2015)

Tidak ada komentar: