Jumat, 29 April 2016

MASIH ADA PELUANG

Seperti sudah bisa ditebak, pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal dua tahun ini melambat. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, ekonomi negara kita selama triwulan kedua tahun ini hanya tumbuh 4,67% ketimbang periode yang sama tahun lalu. Pada triwulan pertama lalu ekonomi kita masih bisa tumbuh sebesar 4,72%.
Bahan bakar utama pertumbuhan ekonomi kita sepanjang April hingga Juni lalu masih konsumsi rumahtangga yang tumbuh 4,97%. Angka ini sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya, JanuariMaret yang tumbuh 5,01%, memang.
Maklum, daya beli masyarakat terus melemah. Ini terlihat dari inflasi Juli alias Lebaran 2015 yang di bawah 1%, persisnya, 0,93%. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata inflasi historis Hari Raya Idul Fitri dalam empat tahun terakhir. Sebab, inflasi harga bahan makanan yang bergejolak (volatile food) selama Juli lalu terjaga dan inflasi intinya juga rendah. Ya, daya beli masyarakat yang rendah membuat kebanyakan harga barang dan jasa susah untuk naik tinggi.
Alhasil, konsumsi rumahtangga tidak bisa lagi terlalu diandalkan untuk menopang ekonomi kita tahun ini. Tambah lagi, nilai tukar rupiah terus melemah terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Harga produk yang bahan baku utamanya impor tentu terus merangkak naik. Kemarin (5/8), kurs tengah Bank Indonesia (BI) menunjukkan, nilai tukar rupiah bertengger di posisi Rp 13.517 per dollar AS. Pertumbuhan ekonomi yang melambat di triwulan kedua menjadi salah satu sebab mata uang garuda keok.
Nah, harapannya tinggal pada investasi, baik dari pemerintah maupun swasta, untuk menggerakkan roda perekonomian. Soalnya, ekspor tumbuh minus, paling tidak dalam dua triwulan terakhir. Memang, belanja pemerintah selama paro pertama tahun ini masih kurang menggembirakan. Realisasi belanja negara sampai Juni lalu baru Rp 773,9 triliun atawa 39% dari pagu tahun ini yang mencapai Rp 1.984,1 triliun. Angka tersebut di bawah pencapaian pada periode yang sama tahun lalu yang sebesar 41,2%.
Tapi, masih ada waktu enam bulan untuk pemerintah menggeber belanja negara juga investasi swasta, baik dari dalam ataupun luar negeri. Pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak pada Desember mendatang juga berpeluang mengerek konsumsi masyarakat. Tentu dengan harapan, pesta demokrasi ini berjalan aman dan tertib.
Cuma, untuk bisa tumbuh sampai 5% tetap agak sulit, tampaknya. 

(Tajuk Harian KONTAN, 6 Agustus 2015)

Tidak ada komentar: