Senin, 05 September 2016

TUMBUH BERKUALITAS

Masuk paro kedua tahun 2016, ekonomi negara kita masih kurang darah. Harapan untuk tumbuh lebih tinggi memang ada. Tapi tampaknya, pertumbuhan ekonomi tahun ini bisa menyentuh angka 5,2% seperti target pemerintah sulit tercapai.
Bank Indonesia (BI) kemarin menyampaikan, berdasarkan hasil kajian mereka, pertumbuhan ekonomi selama kuartal dua tahun ini hanya 4,94%. Alhasil, ekonomi di semester pertama tak sampai 5%, cuma sebesar 4,93%. Di kuartal III 2016, menurut bank sentral, ekonomi bakal tumbuh lebih tinggi, di kisaran 5,2%. Tapi, itu belum bisa mendorong pertumbuhan tahun ini ke angka yang sama. Alhasil, BI memproyeksikan, sepanjang tahun ini pertumbuhan ekonomi hanya 5,09%.
Kondisi ini membuat ciut nyali para bankir, setidaknya. Awalnya cukup optimistis kredit bisa tumbuh lebih tinggi dari target semula, kini mereka berbalik jadi pesimistis. Bank-bank pun ramai-ramai merevisi ke bawah target mereka.
Bank Mandiri, misalnya, mengubah target pertumbuhan kredit, dari semula 12% jadi 10%. Hingga Juni 2016 lalu, kredit bank pelat ini hanya naik 10,5%. Bank Sahabat Sampoerna juga merevisi target pertumbuhan kredit jadi 30% di semester II 2016. Angka ini lebih rendah dari rencana awal yang tumbuh 40%. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun merevisi proyeksi pertumbuhan kredit jadi 12%, batas bawah prediksi awal 12%.
Sejatinya, ada kabar baik dari dunia otomotif. Angka penjualan mobil di semester I 2016 tumbuh jadi 531.929 dibanding periode yang sama di 2015 yang hanya 525.491 unit. Di lima bulan sebelumnya, penjualan mobil selalu di bawah periode yang sama tahun lalu. Penjualan mobil jadi salah satu indikator pertumbuhan ekonomi.
Tapi, konsumsi rumahtangga yang sempat naik tinggi selama bulan puasa dan Lebaran kemarin, termasuk untuk pembelian mobil, kelihatannya akan kembali tertekan di sisa bulan tahun 2016. Tentu, ini bakal membuat perekonomian kita kembali kurang pasokan darah.
Tak heran, Sri Mulyani, Menteri Keuangan yang baru, langsung menghitung ulang target-target di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2016. Maklum, pajak yang jadi tulang punggung pendapatan negara, penerimaannya masih saja seret.
Ya, selagi masih ada waktu, kalau memang harus diubah, kenapa tidak? Tidak perlu mengejar pertumbuhan ekonomi tinggi-tinggi kalau tumbuhnya enggak berkualitas.

Tajuk S.S. Kurniawan, Harian KONTAN, 30 Juli 2016

Tidak ada komentar: