Senin, 05 September 2016

DEFLASI

Sudah menjadi tradisi, nyaris setiap bulan April terjadi deflasi. Dan, deflasi pada April 2016 lalu sebesar 0,45% adalah yang terbesar sejak tahun 2000 silam. Penyumbang deflasi April tahun ini adalah penurunan harga bahan makanan, seperti beras, daging, dan telur. Lalu, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar, serta kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan.Alhasil, inflasi tahun kalender alias Januari hingga April hanya sebesar 0,16%. Sementara inflasi April 2016 terhadap April 2015 atawa year on year (yoy) sebesar 3,6%.Memang, sih, harga barang dan jasa yang turun bisa mengerek daya beli masyarakat. Tapi, deflasi bisa berarti penurunan permintaan terhadap barang dan jasa. Sebab, salah satu faktor yang membuat harga barang dan jasa turun adalah, melemahnya demand masyarakat. Jadi, deflasi tidak selalu baik.Penurunan permintaan paling tidak tampak dari penjualan mobil yang masih lesu. Penjualan mobil selama kuartal I 2016 turun sekitar 5,35% menjadi 267.227 unit ketimbang triwulan yang sama di 2015 lalu sebanyak 282.344 unit.Permintaan yang melemah membuat pelaku usaha mengerem ekspansi. Penyaluran kredit perbankan pun tersendat. Sejumlah bank menorehkan penurunan kredit pada kuartal I 2016. Misalnya, Bank Danamon, Bank CIMB Niaga, dan Bank Permata. Meski, penyebab penurunan kredit juga lantaran bank berhati-hati dalam membuka keran pinjaman, menyusul rasio kredit bermasalah (NPL) yang naik.Cuma kabar baiknya, bahan bangunan juga turun harga. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) Bahan Bangunan/Konstruksi pada April 2016 turun 0,01% dari bulan sebelumnya. Penyebabnya antara lain penurunan harga aspal 1,32%, semen 0,35%, keramik lantai 0,32%, tanah uruk atau untuk menimbun 0,25%, dan besi 0,22%.Harapannya, sektor konstruksi bisa makin menggeliat terutama pembangunan infrastruktur, dengan penurunan harga tersebut. Sebab, sektor ini menjadi salah satu penggerak roda perekonomian.Yang tidak kalah penting, di tengah penurunan harga bahan makanan, pemerintah bisa membantu petani dan peternak kita meningkatkan produksi dalam negeri, seperti beras dan daging. Dengan begitu, harga pangan tetap terjaga karena pasokannya juga terjaga. Kalau pun naik, kenaikan harga pangan masih dalam batas yang wajar. Bukan kenaikan yang gila-gilaan.

Tajuk S.S. Kurniawan, Harian KONTAN, 3 Mei 2016

Tidak ada komentar: