Bawang sedang menjadi trending topics terutama di kalangan ibu-ibu
rumahtangga. Betapa tidak? Harga bawang merah dan bawang putih naik
gila-gilaan dalam tiga pekan terakhir.
Di sejumlah daerah, harga bawang merah menembus angka Rp 65.000 per
kilogram (kg), sedang bawang putih mencapai Rp 100.000 per kg. Padahal,
harga normal bawang merah cuma berkisar Rp 7.000-Rp 9.000 per kg,
sementara bawang putih ?Rp 12.000-Rp 14.000 per kg.
Harga bawang yang meroket itu buntut dari kelangkaan pasokan produk
hortikultura ini. Sejumlah kalangan pun menuding kebijakan pemerintah
yang memperketat impor produk-produk hortikultura mulai 19 Juni 2012
sebagai biang kerok kelangkaan bawang.
Ditambah, mulai awal 2013 lalu, ruang gerak impor produk hortikultura
semakin terbatas. Sebab, pemerintah juga menetapkan kuota impor produk
hortikultura. Ada 20 jenis hortikultura yang dibatasi volume ekspornya
termasuk bawang.
Sejatinya, kebijakan pemerintah ini sangat mulia: melindungi produk
hortikultura dalam negeri. Makanya, pemerintah memang harus melakukan
intervensi dengan cara memperketat dan membatasi volume impor produk
hortikultura.
Kalau tidak, harga produk hortikultura lokal menjadi turun. Soalnya,
kebanyakan orang lebih memilih belanja produk-produk impor. Apalagi,
harga produk hortikultura impor juga lebih murah
Nah, jika harga produk hortikultura lokal turun akibat peminatnya
berkurang, akhirnya petani malas panen, kebun pun menjadi tidak terawat.
Alhasil, areal pertanian akan terserang penyakit tanaman karena tidak
dirawat pemiliknya.
Cuma sayang, kebijakan memperketat sekaligus membatasi volume impor yang
sebetulnya baik itu kurang dibarengi dengan upaya pemerintah untuk
memperbaiki kualitas, kuantitas, produktivitas, dan kontinuitas produk
hortikultura di dalam negeri. Sehingga, pasokan produk hortikultura
lokal khususnya bawang merah dan bawang putih tidak bisa memenuhi
permintaan.
Ujungnya, harga jual bawang dan produk hortikultura lainnya melesat
tinggi yang kemudian mengerek inflasi. Terbukti, inflasi selama Februari
lalu mencapai 0,75% atau tertinggi dalam 10 tahun terakhir, di luar
dugaan banyak pihak.
Pemerintah harus bergerak cepat untuk mengamankan pasokan produk
hortikultura. Sambil tentunya membantu petani menggenjot produktivitas
tanpa mengorbankan kualitas produk hortikultura.
(S.S. Kurniawan, Tajuk Harian KONTAN 14 maret 2013)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar