Selasa, 01 Januari 2013

HARGA BBM

Antrean panjang kendaraan bermotor di banyak stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU), yang menjadi pemandangan umum dua pekan lalu, sudah tidak tampak lagi. Masalah utama yang membuat antrean mobil dan sepeda motor mengular bak ular naga panjangnya bukan kepalang di pom bensin sudah teratasi.
Kuota BBM bersubsidi cukup sampai akhir tahun, setelah pemerintah menambah 1,23 juta kiloliter (kl) menjadi 45,27 juta kl. Pemerintah memang tidak punya pilihan lain kecuali menambah kuota BBM bersubsidi. Sebab, kuota BBM yang hanya 44,04 juta kl cuma cukup sampai 21 Desember 2012.
Sejatinya, pemerintah lewat Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) mencoba mengerem konsumsi premium dan solar, dengan cara mengurangi jatah kuota harian tiap-tiap daerah. Sehingga, kuota tetap 44,04 juta kl.
Tapi yang terjadi, antrean panjang kendaraan bermotor mengular di banyak stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU). Dan, kejadian yang lebih parah buntut dari antrean di pom bensin adalah menyulut kerusuhan berbau SARA di Kutai Barat, Kalimantan Timur.
Kuota BBM bersubsidi yang jebol sebetulnya selalu berulang setiap tahun. Dan, tahun depan tampaknya kuota BBM bersubsidi yang hanya 46,01 juta kl juga bakal jebol. Soalnya, rata-rata peningkatan konsumsi premium dan solar per tahun sebesar 11%. Jadi idealnya, kuota BBM bersubsidi di 2013 nanti semestinya paling tidak, ya, 50 juta kl.
Itu sebabnya, perlu langkah ekstrem untuk mengerem laju konsumsi BBM bersubsidi tahun depan. Kalau tidak, duit negara habis terbakar untuk subsidi BBM. Cara yang paling mudah menyelamatkan anggaran negara adalah mengerek harga premium dan solar.
Nah, agar bisa menahan konsumsi BBM bersubsidi, selisih harga BBM bersubsidi dengan nonsubsidi tidak boleh lebar-lebar amat. Jadi, harga BBM bersubsidi setelah naik mesti mendekati BBM nonsubsidi. Paling tidak rentang harganya tidak lebih dari Rp 3.000 per liter.
Dengan begitu, pemilik kendaraan bermotor terutama mobil mau beralih memakai BBM nonsubsidi. Sebab, selisih harganya dengan BBM bersubsidi tidak terlalu besar seperti sekarang yang mencapai dua kali lipat. Jadi, pemerintah bisa memangkas bujet subsidi BBM dari kenaikan harga dan penggunaan BBM bersubsidi yang turun.
Cuma masalahnya, pemerintah berani tidak menaikkan harga BBM bersubsidi tahun depan?


(S.S. Kurniawan, Tajuk Harian KONTAN 6 Desember 2012)

Tidak ada komentar: