Menjelang tutup tahun 2013, masyarakat dikejutkan oleh kenaikan harga
sejumlah barang. Contoh, air minum dalam kemasan. Produsen Aqua mengaku
mengerek harga Aqua galon sebesar 7,7%. Lalu, yang biasa mengkonsumsi
roti tawar kupas buatan Sari Roti, harganya juga naik, lo, 20%, dari Rp
10.000 per bungkus menjadi Rp 12.000.
Tapi, yang ramai diangkat media massa, sih, kenaikan harga elpiji dalam
kemasan tabung ukuran 3 kilogram (kg) dan 12 kg. Kemudian, kenaikan
tarif jalan tol dalam Kota Jakarta yang naik sekitar 14%.
Salah satu penyebab kenaikan harga barang adalah nilai tukar rupiah yang
melemah, hingga menembus angka Rp 12.000 per dollar Amerika Serikat
(AS). Tentu, pelaku usaha yang menggunakan bahan baku impor mau tidak
mau mengompensasi pelemahan kurs dengan menaikkan harga produknya.
Cuma celakanya, kenaikan harga beberapa barang dan tarif jasa di awal
tahun ini berbarengan dengan Natal dan Tahun Baru. Tentu kenaikan itu
akan memecut lari inflasi semakin kencang bulan ini. Tapi, prediksi
banyak pengamat, inflasi tahun 2013 tak bakal menembus angka 9%, paling
banter 8,5%.
Toh, inflasi tahun ini tetap tinggi. Alhasil, dalam laporannya bertajuk
ASEAN Statistic In Focus yang terbit Rabu (4/12) pekan lalu, Badan Pusat
Statistik (BPS) menyebutkan, inflasi Indonesia tahun ini yang tertinggi
ketimbang negara-negara ASEAN lain. Tak hanya itu, sementara kebanyakan
negara ASEAN inflasi tahunannya fluktuatif selama 2011-2013, negara
kita justru terus mendaki, dari 3,8% di 2011 lalu 4,3% di 2012 dan jadi
8,3% pada 2013.
Memang, penyumbang terbesar inflasi tahun ini adalah kenaikan harga
bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Tapi, kenaikan harga sejumlah
komoditas yang gila-gilaan, seperti daging sapi dan bawang putih, juga
punya andil besar.
Meski kemungkinan besar harga BBM bersubsidi tidak naik, ancaman inflasi
tinggi tahun depan tetap ada. Pertama-tama, sumbernya dari kenaikan
gaji pegawai negeri sipil dan upah buruh. Lalu, tarif listrik yang naik
lagi 15%. Begitu juga dengan harga elpiji 12 kg yang bakal naik lagi
awal tahun nanti.
Kunci utama mengerem laju inflasi, apalagi kalau bukan pemerintah harus
memastikan distribusi bahan kebutuhan pokok aman. Sekalipun harus impor,
pemerintah mesti menjamin suplainya ada terus, tidak boleh sampai
langka. Walaupun sudah menjadi tugas rutin tiap tahun, pekerjaan ini
tidak gampang.
(S.S. Kurniawan, Tajuk Harian KONTAN Edisi 17 Desember 2013)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar