Jumat, 18 Maret 2011

60+

Hujan deras yang mengguyur kawasan Jakarta, Rabu (16/3) lalu, dan menciptakan genangan air hingga setinggi setengah meter di beberapa titik, kembali melumpuhkan lalu lintas di sejumlah ruas jalan ibukota. Angin kencang yang menyertainya menumbangkan puluhan pohon.
Siang menjelang sore itu, hujan hanya turun dua jam saja. Tapi, Kepala Pemberdayaan Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta Tarjuki bilang, curah hujan itu setara dengan curah hujan untuk kurun waktu satu bulan, yakni mencapai 108 milimeter.
Ya, cuaca di muka Bumi ini memang semakin ekstrem. Dampak perubahan iklim akibat pemanasan global makin kentara. Dan, perubahan iklim merupakan salah satu ancaman kehidupan di planet kita yang paling signifikan.
Salah satu cara untuk menghambat percepatan pemanasan global adalah dengan mengajak setiap individu melakukan perubahan gaya hidup. Contoh, WWF mengajak publik untuk melakukan perubahan gaya hidup yang sederhana dan murah, yakni hemat energi.
Tahun ini, persisnya, 26 Maret 2011, pukul 20.30-21.30, WWF kembali mengajak individu, praktisi bisnis, pemerintah, dan sektor publik lainnya di seluruh dunia termasuk Indonesia untuk turut serta mematikan lampu, hanya selama 1 jam saja: Earth Hour 60+.
60+ artinya, kita tidak hanya memadamkan lampu selama 60 menit, tapi juga menghemat energi setelahnya. Termasuk kegiatan ramah lingkungan lain, seperti bersepeda, menggunakan transportasi umum, dan menanam pohon. Setelah satu jam, jadikan gaya hidup!
Makanya, Gubernur DKI Fauzi Bowo berencana tidak cuma menggelar kegiatan Earth Hour setahun sekali, tetapi beberapa kali. Contoh, pada Hari Bumi yang jatuh setiap tanggal 22 April dan Hari Lingkungan Hidup tiap 5 Juni. Jadi, menghemat energi sebagai way of life, bagian pola hidup ke depan.
WWF menghitung, kalau 10% warga Jakarta berpartisipasi dalam Earth Hour, kita bisa menghemat konsumsi listrik sebesar 300 megawatt (MW). Itu berarti, setara dengan mematikan satu pembangkit listrik dan menghemat 267,3 ton CO2 atau gas rumah kaca.
Jauh sebelum gerakan Earth Hour muncul pada 2007 lalu, masyarakat Bali sudah melakukannya dengan melaksanakan Catur Brata. Dalam hitung-hitungan PLN, saban Nyepi, warga Pulau Dewata menghemat konsumsi setrum 450 MW.
Ayo, selamatkan Bumi!


(S.S. Kurniawan, Tajuk Harian KONTAN, 18 Maret 2011)

Tidak ada komentar: